468x60 Ads

Surat Kecil

Sosial media merupakan suatu tempat dimana kita dapat memperoleh informasi dengan mudah, cepat, dan efisien. Berbagai informasi kita dapatkan dari sosial media secara gratis, baik informasi tersebut benar atau salah, kita bisa dapatkan itu. Sayangnya, sekarang sosial media penuh dengan informasi yang berbau "SARA" dan "Provokasi". Mungkin yang membaca ini akan berfikir bahkan berkata "Untuk apa bocah 16 tahun membuat tulisan seperti ini?" Saya juga sadar, mungkin saya tidak sepatutnya untuk menulis hal ini karna mungkin belum cukup umur atau semacamnya, tapi apa arti dari kebebasan berpendapat apabila adanya batasan umur? Tapi hal ini semata mata hanya untuk menyadarkan kalian sebagai pengguna sosial media.
Sosial media saat ini, banyak orang yang beradu pendapat dari hal yang sangat amat sensitif hingga hal yang sangat amat sepele, bahkan seharusnya tidak untuk diperdebatkan. Dan hal lain yang saat ini sedang viral di sosial media adalah bullying, artis artis dadakan yang muncul dari sosial media yang kebanyakan lebih banyak hal negatif daripada positif, dan masih banyak lagi. Namun, kali ini saya hanya ingin membahas tentang satu masalah yaitu perdebatan. Saya sebagai pengguna sosial media, tentu seringkali melihat postingan postingan dan komentar komentar pengguna sosial media, dan menurut saya saat ini kebanyakan postingan itu berbau unsur "SARA" dan "Provokasi" seperti apa yang terjadi pada saat perilisan rupiah baru dengan gambar pahlawan baru pula. Banyak sekali postingan yang mungkin niat mereka hanya untuk berbagi berita/informasi kepada pengguna sosial media. Namun, sangat disayangkan kebanyakan orang menanggapi hal itu dengan serius, dan berkomentar layaknya seorang profesor, berkomentar dengan penuh fakta dan data, namun hanya menghasilkan komentar berbau "SARA" dan "Provokasi". Mungkin kalian mengikuti pepatah yang berbunyi "Kepentingan golongan diatas kepentingan pribadi" #CMIIW, namun apabila saya melihat meskipun kalian mementingkan golongan 1 dan golongan 2, saya melihat lebih ke kepentingan pribadi 1 dan kepentingan pribadi 2. Karena setiap kalian berkomentar kalian akan teguh kepada pendapat kalian, itu wajar. Namun apa arti dari kepentingan golongan saat kalian teguh terhadap pendapat kalian dan tidak ingin mendengarkan pendapat orang lain? Dimana arti dari kebebasan berpendapat itu? Bahkan seringkali dalam satu golongan yang sama akan terjadi perbedaan pendapat dan malah berdebat sesama golongan itu sendiri. Kita bayangkan apabila sosial media adalah sebuah aula, dan didalam aula sedang ada rapat orang tua murid, berarti rapat itu adalah postingan dan orang tua murid sebagai pengguna sosial media. Saat itu juga rapat pun dimulai, itu artinya seseorang memposting postingannya sendiri, dan saat rapat dimulai biasanya disitu ada penyampaian pendapat dari beberapa orang tua murid, sama seperti sosial media saat postingan di post, akan ada pengguna sosial media yang menanggapi postingan tersebut. Namun, perbedaan terjadi saat pengambilan keputusan, yaitu bahwa pada saat rapat biasanya saat terjadi perbedaan pendapat, menemukan titik terang dan masalah pun ditutup. Namun di sosial media saat seseorang mengeluarkan pendapat, dan satu orang lain mengeluarkan pendapat, seringkali yang ada malah membawa keributan, dan itulah yang terjadi saat ini dimana semua orang berpendapat layaknya seorang profesor ahli, yang mengumpulkan data dan fakta tapi hanya menghasilkan keributan di sosial media, dan pendapat kalian apabila berpendapat di satu aula, orang orang yang ada di aula tersebut bisa menilai bagaimana sifat anda, bayangkan apabila dalam suatu rapat dan anda ada di dalam sana, saat anda melihat orang yang berpendapat dengan cara marah marah pasti anda akan mengecap dia adalah pemarah atau galak orangnya, dan mungkin sebagian orang akan mengecap bahwa dirinya adalah orang jahat, begitupula dengan orang orang yang berkomentar di sosial media, kalian dilihat oleh banyak orang dari Indonesia bahkan berbagai belahan dunia, dan saat itu juga orang orang akan berkomentar tentang sifat anda, mungkin saat anda berkomentar layaknya profesor orang orang akan mengecap anda sebagai orang yang "sok pinter" mungkin nanti di kolom komentar juga akan ada yang berkomentar seperti itu kepada saya, apakah kalian tidak malu membuka sifat buruk diri kalian? Bayangkan sifat buruk itu adalah kemaluan kalian, dan kalian membuka itu di depan umum, apakah kalian tidak malu? Atau bahkan kalian bangga akan hal itu?. Dimana gambaran rapat yang dahulu sering kita baca di buku bahasa indonesia, ppkn, dan buku lainnya? Dimana rapat itu meskipun terjadi perbedaan pendapat mereka tetap tenang dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan kita yang membacanya pun tetap tenang dan tidak terprovokasi akan perbedaan itu, mungkin nanti di buku pelajaran akan ada gambaran rapat dimana orang orang berpendapat layaknya profesor namun tidak menemukan titik terang dan malah menjadi keributan yang malah bikin pembaca menjadi marah, kesal, bahkan bingung dan mungkin nanti apabila benar buku di tahun yang akan datang seperti itu, mungkin anak cucu kita akan bertanya "Ayah/Ibu mengapa mereka bertengkar hanya karena masalah sepele?". Apabila ingin jujur, jika di dunia ini tidak ada hukum, maka saya ingin menjadi pengkhianat hanya untuk menhancurkan orang orang di Indonesia yang sering berpendapat tentang "SARA" dan "Provokasi", saya akan memberitahu negara negara yang mungkin memiliki rencana untuk menghancurkan indonesia, saya akan memberitahu cara termudah untuk menghancurkan Indonesia adalah dengan cara mengadu domba, karna beberapa orang di Indonesia tidak dapat menyaring berita dengan benar, apakah perlu kita dijajah lagi hanya untuk menyatukan orang orang yang berbeda pendapat? Hanya untuk mencari arti dari "Kepentingan golongan diatas kepentingan pribadi"? Hanya untuk mencari apa pentingnya mendengarkan pendapat? Mungkin untuk keadaan saat ini kita perlu dijajah lagi hanya untuk mencari jawaban dari semua pertanyaan diatas. Tulisan ini semata mata bukan untuk menunjukan bahwa saya adalah orang yang sok pintar, namun memang kenyataannya sekarang seperti itu, dan saya tidak ingin ada komentar di postingan ini, karna saya tidak ingin menjadi provokator yang menyebabkan timbulnya perdebatan yang tidak menemukan titik terang, saya hanya ingin orang orang yang membaca ini mengerti apa yang saya rasakan, mungkin merasakan hal yang sama, dan semoga apabyang saya tulis bisa menyadarkan kalian. Terimakasih atas perhatiannya:)

0 comments:

Post a Comment